Wise Word

16 November 2008

Kedamaian yang Terusik

Di saat matahari menyingsing. Diriku terbangun dengan menghirup udara segar di pagi hari. Hariku berjalan seperti biasa bagun pagi, ke spergi ke sekolah, pulang, tidur. Dan hari saatku libur, ku pergi bersama keluarga dan teman-temanku. Membuatku menyadari betapa berarti hidup ini. Penuh kasih sayang dan pengertian. Apa mungkin kasihku, perjuanganku, semangatku, dapat mengganti semua hal yang telah mereka berikan kepadaku?. Hari demi hari silih berganti dan dunia tetap seperti itu. Dan setiap hari ku berharap semoga semua ini takkan berubah. Terutama karena hari ini bertepatan dengan tanggal ulang tahunku yaitu 26 Desember 2008 dan angka yang berada dalam pikiran ku hanya angka 13 yaitu umurkku sekarang.
Pagi hari tanggal 13 November 2009. Kerusuhan, penjarahan dan pemberontakkan terjadi di penjuru negeri dari sabang hingga merauke. Semua kejadian ini lebih dikaranakan presiden yang menjabat sekarang tidak mempunyai kewibawaan. Bursa saham anjlok, angka kematian yang tinggi karena kelaparan, korupsi di berbagai aspek kehidupan dan dictator yang tidak tahu diri. Tanggal 30 November 2009 kudeta dilaksanakan oleh aktivis yang gagah berani dan dia itu adalah kakakku. Kami menyerbu istana Negara tempat para manusia busuk itu bersembunyi. Kami kira karena menang jumlah kami akan menang tapi dengan datangnya pasukan sekutu maka kami semua hampir disapu bersih. Kakakku meninggal ditempat, dia ditembak dengan 3 misil yang meluluhlantahkan tubuhnya. Kami sekarang bagaikan manusia tanpa pemimpin. Padahal dulu aku selalu berdoa dan berharap supaya semua ini takkan berubah. Ternyata semua tidak seperti yang kuinginkan. Kakakku sudah meninggal, kakak iparku menjadi singleparent, dan yang tersisa hanya aku, ayahku, adikku, ibuku, kakak iparku dan kakakku yang wanita. Untuk waktu yang lama kami dan kelompok yang menginkan kebebasan hanya bersembunyi di markas bawah tanah yang kami buat tepat di bawah EX.
1 Januari 2010 aku merasa jika kami mengumpat seperti ini maka persediaan makanan akan habis dan kami akan mati satu per satu. Setelah aku membulatkan tekad aku maju dan mengatakn kata-kata yang membuat para pejuang sadar dan mereka memilih aku menjadi pemimpin mereka. Tapi ayah dan ibuku menolak karena jika aku menjadi pemimpin mereka maka aku akan tampil paling depan dan mungkin aku dapat dengan cepat terbunuh. Aku tahu ayah dan ibuku sudah merasa sangat kehilangan saat kakakku meninggal dan mereka tidak ingin aku pergi dan meninggalkan mereka seperi kakakku. Aku meyakinkan mereka dengan mengatakan bahwa jika aku tetap diam dan tidak bergerak untuk menyerang maka perjuangan kakak akan sia-sia bukankah kakak ingin menyelamatkan negerinya?. Aku ingin membuat perjuangan kakak tidak sia-sia maka aku harus pergi. Bagaimanapun juga aku masih punya satu adik laki-laki yang dapat menjaga ayah dan ibu. Akhirnya mereka melepas kepergianku.
Aku berjuang dengan pasukan yang tersisa. Kukerahkan seluruh jiwa dan ragaku, akhirnya wajah ketakutanlah yang muncul di wajah para manusia koruptor itu. Aku terus menembak, menerjang. Sedikit demi sedikit pasukan mereka mulai berkurang. Akhirnya pasukan mereka melarikan diri semua. Lalu kudirikan bendera merah putih disana dank u merasa sangat bahagia.

Tidak ada komentar: